Sunk
cost adalah cost yang terjadi pada masa
lampau dan tidak dapat diubah dengan keputusan sekarang. Contohnya adalah
dilakukan pembelian mobil seharga 200 juta. Dua ratus juta inilah yang disebut
sunk cost karena apapun yang dilakukan saat
ini tidak akan merubah cost yang 200 juta tersebut.
Sebelum
dikeluarkan, sunk cost termasuk ke dalam bagian opportunity cost(sebagai dana
cadangan atau lainnya) dan tidak relevan terhadap pengambilan keputusan di masa
depan.
Dalam
pengambilan keputusan bisnis, sunk cost adalah biaya retrospektif yang telah
dikeluarkan dan tidak dapat dipulihkan. Sunk cost kontras dengan biaya
prospektif, biaya masa depan yang mungkin timbul atau berubah jika suatu
tindakan diambil. Biaya retrospektif dan prospektif dapat bersifat tetap
(artinya tidak tergantung pada volume kegiatan ekonomi, namun dapat diukur)
atau bersifat variabel (tergantung pada volume).
Jika
sunk cost dimasukkan dalam pengambilan keputusan, maka hal itu tidak rasional
untuk menilai keputusan karena terlalu subjektif. Pembuat keputusan dapat
membuat keputusan sesuai dengan inisiatif mereka sendiri sehingga mereka bisa
mendikte keputusan yang berbeda dan belum tentu efisien. Sunk cost tidak
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan karena dalam pembuatan keputusan,
manusia dapat saja menerima atau menolak sehingga bisa saja mereka bertindak
tidak rasional ketika membuat keputusan.
Sunk
cost tidak mempengaruhi apakah pilihan si pembuat keputusan rasional atau
tidak, hingga pembuat keputusan mengelola sumber dayanya sehingga ada calon
biaya, yaitu biaya masa depan yang dapat dihindari atau benar termasuk dalam
setiap proses pengambilan keputusan.
Contoh:
jika Anda mempertimbangkan membeli tiket preordering film, namun belum
benar-benar membeli, hal itu termasuk calon biaya sehingga dapat
dihindari(tidak membeli) dan jika harga tiket naik, Anda harus memasukkan
perubahan biaya dalam pertimbangan pembuatan keputusan dan mengevaluasi kembali
keputusan sebelumnya.
Sunk
cost dapat menyebabkan biaya over-run. Perilaku ekonomi sering mempengaruhi
keputusan ekonomi karena loss aversion: harga yang dibayarkan menjadi patokan
untuk nilai, sedangkan harga yang dibayar harus relevan. Hal ini dianggap
perilaku irasional. Para ekonom mencoba menunjukkan bahwa kekeliruan sunk cost
dan loss aversion umum terjadi karena irasionalitas.
Dua
fitur khusus karakteristik sunk cost adalah:
a. Bias
probabilitas terlalu optimis, dimana setelah investasi-evaluasi, investasi
diyakini akan membuat dividen meningkat.
b. Diperlukan
tanggung jawab pribadi. Sunk cost yang muncul membuat si pengambil keputusan
merasa bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan.
Banyak orang memiliki keraguan tentang
“membuang” sumber daya (loss aversion). Dalam
contoh di atas, tiket film tidak dapat dikembalikan, kebanyakan orang akan
merasa berkewajiban untuk pergi ke bioskop meskipun tidak benar-benar
meninginkannya, karena merasa menyia-nyiakan biaya yang telah dikeluarkan dan
tidak mungkin kembali. Para ekonom menyebutkan perilaku ini “irasional”:
tidak efisien karena salah mengalokasikan sumber daya dengan bergantung pada
informasi yang tidak relevan dengan keputusan yang telah dibuat. Bahasa
sehari-hari, ini dikenal sebagai “membuang uang baik setelah buruk”.
Faktanya sunk cost sering digunakan ketika
menganalisis keputusan bisnis, contohnya biaya promosi, biaya riset and
development. Pemasaran(promosi) serta riset dan pengembangan
pasti menimbulkan biaya yang biasanya tidak bisa dipulihkan. Setelah
dikeluarkan, biaya tersebut hangus dan seharusnya tidak mempengaruhi keputusan
harga masa depan. Kesalahan tersebut dalam game theory dikenal sebagai
“Kekeliruan Concorde”.
Sunk cost tidak dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan karena dapat menyebabkan keputusan irasional. Situasi ini
dapat digambarkan dengan teori permainan pendekatan untuk 1-player game.
Bygones Principal adalah teori
ekonomi yang digunakan dalam bisnis. Teori ini menekankan pentingnya
mengabaikan biaya masa lalu dan hanya mempertimbangkan biaya masa depan serta
manfaatnya ketika membuat keputusan. Hal ini menunnjukkan ketika membuat
keputusan, seseorang harus melakukan perhitungan matang dari biaya tambahan
akan dikenakan dan berapa besar manfaatnya terhadap keuntungan ekstra.
Contoh:
Pada akhir 1980-an, PLTN USA belum siap
beroperasi setelah menghabiskan miliaran dolar. Dari sudut pandang ekonomi,
milyaran dolar dari investasi masa lalu tidak termasuk dalam pertimbangan untuk
pengambilan keputusan. Pass Principal menyatakan bahwa milyaran dolar dari
biaya masa lalu tidak relevan lagi. Dari sudut pandang ekonomi, relevansi
menyangkut biaya masa depan dan manfaat – yaitu, manfaat ekonomi dari listrik
yang akan dihasilkan. Jadi dalam perhitungan ini sunk cost miliaran dolar tadi
tidak relevan untuk biaya masa depan dan manfaat sehingga sunk cost tersebut
diabaikan. Biaya masa depan PLTN akan lebih kecil. Sebuah analisis murni
ekonomi menyimpulkan bahwa cara tersebut paling efisien untuk menyelesaikan
konstruksi dan membuka PLTN. Namun, karena berbagai alasan, termasuk sunk
cost, pabrik itu ditutup pada tahun 1989 tanpa pernah menghasilkan tenaga
listrik komersial.
Cash
flow yang boleh diperhitungkan dalam analisa capital budgeting hanyalah cash
flow yang terpengaruh dari hasil keputusan capital budgeting tersebut. Sunk
cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi
dari suatu proyek atau investasi baru. Oleh karena itu, menjadi tidak relevan
untuk memperhitungkan sunk cost dalam suatu analisa capital budgeting, karena
biayanya sudah terjadi sementara keputusan investasi yang diambil baru akan
terjadi di masa depan.
Misalnya: ketika suatu perusahaan
melakukan riset pasar (riset and development) terhadap produknya maka semua
biaya yang dikeluarkan untuk riset tersebut adalah sunk cost sehingga ketika
melakukan evaluasi capital budgeting sebelum produksi dijalankan, sunk cost
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan, karena memang biayanya sudah
terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa depan. (http://dewimayasari.wordpress.com/2012/02/03/sunk-cost/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar